<div style='background-color: none transparent;'></div>

Popular Post


Pengunjung

World News

Entertainment

METODE DISKUSI DAN PENERAPANNYA DALAM PEMBELAJARAN DI SEKOLAH DASAR (SD)

Rabu, 31 Oktober 2012




Metode apa yang paling tepat untuk diterapkan dalam suatu proses pembelajaran ? Hal itu jelas harus dikuasai oleh guru. Lebih jelasnya adalah bahwa dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) guru harus mampu menguasai berbagai metode yang paling tepat sesuai dengan materi pelajaran yang diajarkan.
Penguasaan terhadap metode, alat / media dan teknik pembelajaran ini harus diterapkan dan tercermin dalam program pembelajaran. Jadi pada intinya proses pembelajaran harus bervariatif, metode yang digunakan tidak monoton, sehingga potensi yang ada pada masing-masing anak dapat dikembangkan secara optimal.
Berbagai tuntutan di atas akan dapat terlaksana dengan baik apabila guru yang bersangkutan memiliki kemampuan professional, artinya baik dalam motivasi untuk mengajar maupun kemampuan secara teknis instruksional, guru tersebut benar-benar dapat diandalkan. Salah satu bentuk profesionalitas seorang guru adalah jika yang bersangkutan mampu menerapkan metode mengajar yang baik, salah satunya adalah metode diskusi dalam pembelajaran.
Secara lebih terperinci langkah-langkah yang harus ditempuh guru dalam mempersiapkan penerapan metode tersebut, antara lain:
a. Para siswa dengan bimbingan guru mempersiapkan alat atau sarana untuk melaksanakan diskusi.
b. Salah satu teknik penerapan diskusi adalah dengan cara “panel”. Ditunjuk beberapa anak untuk menjadi panelis, memperagakan proses tukar pendapat di depan sehingga anak-anak lain menyaksikan dan terpancing untuk mengemukakan pendapat mereka. dan seterusnya.
c. Untuk lebih meningkatkan semangat para siswa, topic yang didiskusikan bisa saja ditentukan dengan cara diundi. Sebelum tampil para siswa yang memilih pertanyaan dalam kotak yang sama diminta berdiskusi sesama temannya. Walaupun demikian saat tampil di depan merupakan tanggung jawab masing-masing secara individual. Kita perhatikan gambar berikut:
d. Pada akhir pertemuan guru dibantu para siswa memberi kesimpulan atas jawaban berbagai pertanyaan yang ada. Pada intinya kesimpulan juga mengakomodasi jawaban-jawaban dari siswa yang dianggap benar.

Nampak dalam proses diskusi bukan hanya factor kecerdasan anak yang dapat mempengaruhi anak dalam berbicara. Tidak kalah pentingnya adalah faktor mental anak (keberanian) anak dalam mengemukakan pendapatnya. Tepatnya adalah faktor kejiwaan si anak. Kejiwaan ini banyak mempengaruhi anak untuk berani bergaul, berani mengemukakan pendapat, berani menyanggah pendapat orang lain, dan juga berani mengakui kebenaran pendapat orang lain jika memang benar.
Proses diskusi memang tidak lepas dari kebiasaan bergaul dengan sesama orang lain, anak yang biasa bergaul akan memiliki kepercayaan diri, karena itu guru hendaknya membentuk suasana sedemikian rupa agar anak tidak canggung-canggung bergaul dengan sesamanya.
Persoalan kejiwaan anak memang merupakan persoalan yang prinsip, sebab masa kanak-kanak di dalam konteks psikologis merupakan masa yang penuh kepekaan. Keberhasilan mereka dalam mengatasi masalah psikologis akan membawa dampak besar di masa remaja dan masa dewasanya kelak.
Kita sering melihat kenyataan bahwa seorang anak dapat menjadi baik atau buruk di masa depannya salah satunya adalah karena pengaruh kuat dari kondisi psikologisnya ketika mereka masih kecil. Dunia anak dengan berbagai tingkah polahnya memang menyimpan banyak keunikan.
Perlunya Hubungan yang harmonis antara Guru dan Siswa
Anak-anak memang unik, lucu, dan tentu saja menarik untuk disimak. Berbagai fenomena dapat kita amati dari pergaulan antar teman di sekolah (peer group). Tidak terlepas dari persoalan kejiwaan itu adalah masalah sosial, atau konkritnya adalah hubungan/pergaulan antar anak baik di lingkungannya.
Hubungan harmonis antar teman atau sebaliknya hubungan yang tidak harmonis antar teman, dapat pula membawa dampak psikososial di masa remaja dan dewasanya kelak. Jadi antara persoalan psikologis dan persoalan soaial dalam arti pergaulan antar teman di masa anak-anak ini saling terkait. Di samping itu faktor kejiwaan yang mungkin merupakan pembawaan (heriditas) dapat pula berpengaruh besar terhadap kelancaran hubungan sosial anak.
Pada sisi lain harmonis tidaknya hubungan antar teman bisa pula menimbulkan persoalan psikologis pada diri anak. Persoalan psikososial yang dialami anak pada gilirannya juga akan menjadi persoalan pendidikan pula. Banyak faktor yang dapat mempengaruhi apakah seorang anak diterima atau disingkirkan dari pergaulan antar teman, salah satu di antaranya adalah faktor uang jajan sekolah.
Ada dua sisi yang saling silih berganti ibarat dua sisi mata uang yang saling bergantian. Dua sisi kondisi yang dimaksud sebagai akibat banyak sedikitnya uang jajan, misalnya suatu saat seorang anak tersingkir dari pergaulan teman-temannya. Tetapi di saat lain dapat saja dia menjadi tokoh di antara mereka. Dua sisi kondisi yang demikian selalu silih berganti dialami oleh seorang anak.
Oleh karena itu pengaruh kejelian orang tua dalam mengamati seharusnya anak diberi uang jajan berapa, hal itu merupakan sesuatu yang bijaksana. Namun juga dibutuhkan hubungan yang baik dengan para guru di sekolah, agar pelaksanaan pendidikan dapat berjalan secara lebih baik.
Dengan komitmen terhadap tugasnya, guru-guru senantiasa selalu berusaha mengasah diri untuk mengembangkan kemampuan professional secara optimal, baik dalam penguasaan : kurikulum, materi pelajaran, penggunaan metode pembelajaran, pemilihan dan penggunaan alat / media belajar secara tepat dan penerapan alat evaluasi secara tepat pula.
Kegiatan belajar sesuai dengan bentuk belajar ketrampilan, menekankan pada proses latihan. Tahapan latihan ini dimulai dengan pencapaian hasil belajar kognitif, baik berupa konsep dan prinsip. Selanjutnya, dilakukan latihan menyesuaikan gerakan dengan aturan-aturan tertentu, dan melalui latihan lebih lanjut, diberi kebebasan untuk mengembangkan kemampuan sampai mencapai kemampuan atau ketrampilan yang berbentuk pola-pola respon.
Praktek pengajaran dengan pendekatan keaktifan Guru-Siswa menuntut upaya guru dalam merancang berbagai bentuk kegiatan belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar aktif pada diri siswa. Rancangan itu merupakan acuan dan panduan, baik bagi guru itu sendiri, maupun bagi siswa. Kadar keaktifan dalam pengajaran dengan pendekatan keaktifan Guru-Siswa tercermin dalam kegiatan baik dilakukan guru, maupun siswa.
Harus ada kriteria
Tolok ukur derajat keaktifanan suatu proses pengajaran dapat dipandu dengan mengamati ciri sebagai berikut :
a. Para siswa terlibat aktif dalam merencanakan kegiatan yang akan dilakukan serta dalam menentukan tolok ukur keberhasilan belajar.
b. Segi intelektual-emosional siswa ikut aktif dalam berbagai kegiatan yang ditandai kesertaannya dalam keanekaragaman kegiatan, baik secara jasmaniah maupun secara mental.
c. Guru berupaya memberikan kemudahan belajar dan mengkoordinasi kegiatan siswa, namun sedapat-mungkin tidak ada kesan besarnya dominasi guru dalam proses nelajar mengajar.
d. Adanya keanekaragaman penggunaan metode mengajar serta penggunaan media dan alat pelajaran.
Apabila kita perhatikan criteria keaktifan siswa di atas nampak bahwa sebenarnya baik metode diskusi maupun demonstrasi memiliki kemiripan. Demikian pula dengan metode eksperimen. Ketiganya sangat menuntut keaktifan siswa, hanya bedanya materi apa yang cocok untuk diangkat berbeda.
Pelaksanaan demonstrasi sering kali diikuti dengan eksperimen yaitu percobaan tentang sesuatu. Dalam hal ini, setiap siswa melakukan percobaan dan bekerja sendiri-sendiri. Pelaksanaan eksperimen lebih memperjelas hasil belajar. Karena setiap siswa mengalami atau melakukan kegiatan percobaan. Sebagaimana dikemukakan terdahulu, proses belajar semacam ini sesuai dengan konsep belajar sambil melakukan (learning by doing).
Perbedaan utama antara demonstrasi dan eksperimen, terletak pada pelaksanaan. Demonstrasi hanya mempertunjukkan sesuatu proses di depan kelas, sedangkan eksperimen memberi kesempatan kepada siswa melakukan percobaan sendiri tentang proses yang dimaksud.
Jadi metode ini mempunyai kadar keaktifan cukup tinggi dibandingkan dengan demonsrasi. Demonstrasi itu sendiri bila dirangkaikan dengan eksperimen dapat mempertinggi efektifitas pengajaran yang dilaksanakan.
Sebenarnya metode apa yang paling cocok dalam suatu proses pembelajaran, bukanlah menjadi persoalan. Sebab penerapan metode juga harus disesuaikan dengan kondisi siswa.
Meskipun sebagian besar guru tidak melihat hubungan antara metode dengan basis sosial. Mereka melupakan hubungan cara berpikir dengan basis sosial. Metode sebagai hasil dari cara berpikir dan cara berpikir merupakan hasil jawaban manusia atas berbagai tantangan yang dihadapi dalam alam sekitar.
Dengan adanya pendapat itu, nampaklah bagaimana pentingnya hubungan antara cara berpikir yang dalam hal ini diwujudkan dalam bentuk diciptakannya metode, dengan kondisi sosial yang ada dalam suatu lingkungan masyarakat. Dan dalam proses pendekatan ini peranan dunia pendidikan sangat dibutuhkan.
Di samping itu penerapan multi metode dan media dalam proses pembelajaran menuntut variatifnya pula penerapan penilaian. Artinya bahwa penilaian tidak hanya sekedar mengukur hasil yang diperoleh, melainkan juga bagaimana mengukur keikutsertaan siswa dalam proses pembeajaran itu. Termasuk misalnya latihan penerapan sopan santun, perilaku, diskusi, penerapan pendekatan fragmentis, dan semacamnya.
Dari uraian dan contoh di atas dapat disimpulkan, bahwa:
1) Setiap proses belajar yang dilaksanakan dengan penuh perhatian terhadap pelajaran maka hasilnya akan lebih baik.
2) Upaya guru menumbuhkan dan meningkatkan perhatian siswa terhadap pelajaran dapat dilakukan dengan berbagai macam cara, antara lain :
a) Mengaitkan pelajaran dengan pengalaman, kebutuhan, cita-cita, bakat, atau minat siswa.
b) Menciptakan situasi pembelajaran yang tidak monoton. Umpamanya: penggunaan metode mengajar yang bervariasi, penggunaan media, tempat belajar tidak terpaku hanya di dalam kelas saja.
Guru perlu pula mengemukakan, upaya-upaya apa yang harus dia lakukan untuk :
1) Menarik perhatian siswa dengan cara mengaitkan pelajaran tersebut dengan diri siswa (umpamanya dengan pengalaman mereka)
2) Menarik perhatian siswa dengan cara menciptakan situasi pembelajaran yang bervariasi (umpamanya dalam penggunaan metode mengajar)
Seperti telah dibahas di depan, bahwa belajar itu sendiri adalah aktivitas, yaitu aktivitas mental dan emosional. Bila ada siswa yang duduk di Kelas pada saat pelajaran berlangsung, akan tetapi mental emosionalnya tidak terlibat aktif di dalam situasi pembelajaran itu, pada hakikatnya siswa tersebut tidak ikut belajar.
Oleh karena itu guru jangan sekali-kali membiarkan ada siswa yang tidak ikut aktif belajar. Lebih jauh dari sekedar mengaktifkan siswa belajar, guru harus berusaha meningkatkan kadar aktivitas belajar tersebut.****
Continue Reading | komentar

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DENGAN METODE SIMULASI DI SDN HEULEUT I KECAMATAN LEUWIMUNDING KABUPATEN MAJALENGKA


BAB 1
PENDAHULUAN

A.    LATAR BELAKANG

Anak merupakan amanat dari Allah SWT yang diberikan kepada orang tua untuk,di pelihara dan di didik agar dia menjadi manusia yang mandiri ,berguna bagi dirinya ,agam dan bangsanya. Dalam diri anak-anak  terdapat berbagai kebutuhan ,seperti kebutuhan akan rasa kasih sayang,kebutuhan akan rasa aman kebuthan akan rasa harga diri,kebutuhan akan kebebasan ,kebtuhan akan rasa sukses dan kebutuhan akan rasa mengenal.
Kebebasan yang di makasud di sini adalah kebebasan dalam  batas-batas kewajaran,misalnya anak-anak  dalam urusan pribadi seperti dalam permainan berikanlah kepadanya kebebasan untuk menggunakan permainan itu dengan caranya sendiri ,karena permainan mempunyai arti yang sangat penting dalam kehidupan si anak, antara lain memperlancar  pertumbuhan fisiknya ,menumbuhkan kecakapan dan mengembangkan  bakat yang  ada padanya. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan mengenal (ekspolrasi) pada anak adalah dengan aktivitas sendiri (permainan) para ahli psikolog mengatakan bahwa aktivitas pribadi ini penting sekali dalam belajar agar pelajaran dapat tercapai dengan baik maka pelajar harus ikut aktif berusaha.dengan  demikian akan mengenal segala sesuatu mudah terpenuhi .di masa anak-anak aktivitas sendiri yang dapat dilakukan adalah bermain.
Ada usia anak, permainan tidak menentu disinilah letak pentingnya peranan orang tua dan para pendidik dalam membimbing anak untuk mempergunakan  permainan sebagai cara untuk mengenal lingkungan .orang  tua adalah guru pertama ,karena  rumah adalah lingkungan pendidikan yang pertama .dan juga “. Sedangkan menurut  islam orang  tua adalah pemegang amanah Allah untuk memelihara keluarga sebagaiman firman Alloh

artinya : “ Hai oarang –orang beriman ,peliharalah dirimu dan keluargamu api neraka”. (At-tahrim /66:6).
Perilaku  oarang tua merupakan unsur  yang  tidak langsung dalam pembentukan kepribadian orang tua haruslah selalu mencerminkan kebenaran  dan kebaikan ,karena hal itu akan dijadikan pola atau  model yang akan dicontoh anak dan kelak dimanifestasikan dalam kepribadian nya. orang  tua.seandainya  guru-guru memiliki persyaratan kepribadian dan kemampuan untuk membina pribadi anak, maka yang  terjadi sudah  mulai tumbuh ke arah yang  kurang baik dapat segera diperbaiki dan anak yang  sejak  awal sudah mempunyai  dasar  yang  baik di rumah dapat  dilanjutkan pembinaanya  dengan cara  yang lebih baik .program pendidikan usia dini untuk anak-anak di pra-sekolah islam bertujuan memeberikan kristalisasi moral dan norma kehidupan islam yang menjadi sikap hidup anak. Kelak anak tidak lagi memerlukan pengawasan dari  luar individunya dan memberikan kesempatan bagi terciptanya keterlibatan anak dan orang tuanya secara aktif dalam suatu proses belajar mengajar islami yang berkelanjutan,yang berdasarkan kepada Al-Qur’an dan sunnah ,danjuga keimanan yang dan mendala kepada Allah SWT .
Pendidkian nilai-nilai tersebut harus di tanamkan kepada anak didik sedini mungkin,karena jika terlambat akan teramat sulit unutk membangun kembali kepribadian yang  telah terbentuk (re-contruction of personality). Guru agamadalm hal ini mempunyai tugas yangcukup berat karena selain mengajarkan ilmu pengetahuan juga harus memperbaiki pribadi  anak, sebagaimana orang tua ,guru juga merupakan model yang secara tidak langsung dapat mempengaruhi pembentukan kepribadian anak.
Dalam menyampaikan pendidikan agama pada anak hendaknya menggunakan bahasa dan cara yang di pahami dan sukaianak,salah satu metode yang merupakan tuntunan dan kebutuhan yang esensial bagi anak-anak,karena itu tepat bila terlepas dari unsur-unsur bermain.hal ini sejaln dengan pendapat yang ditemukan zakiyah darajat sebagai berikut:anak-anak bukanlah orang dewasa tidak akan cocok bagi anak-anak ,kalau kita ingin agama mempunyai arti bagi mereka hendaknya  disampaikan dengan cara yang lebih kongkrit dengan bahasa yang di pahaminya dan tidak bersifat dogmatik saja. Dizaman Rasululloh SAW ,semenjak masa kanak-kanak seorang anak laki- laki sudah di ajarkan permainan memanah ,bahkan sering  diadakan lomba memanah. Permainan selain membina fisik sang anak,lebih jauh membentuk jiwa kesatria dan pemberani.
Mainan anak perempuan yang dibuat dari kain,sebangsa boneka berupa anaka kecil yang dipakaikan baju dan sebagainya dengan maksud mendidik anak permpuan rasa kasih sayang terhadap anak kecil .Aisyah radhi-allhu anha 

berkata:”saya bermain –main boneka berbentuk anak perempuan didepan  Nabi shllallahu alaihi wa sallam.”) (HR.Bukhari.)
Untuk melaksanakan perintah Allah dan rasul-Nya itu maka islam menyerukan mempelajari renang ,memanah dan menunggang kuda,sebagaimana petunjuk Nabi SAW berikiut ini: dengan isnad (jalur perawi)baik  jayyid (baik /saleh),Ath-thabrani meriwayatkan bahawa Rasullah SAW.bersabda: “segala sesuatu yang tidak berkaitan dengan zikir(menyebutkan) nama-nama Berjalanya seseorang  antar dua tujuan (untuk memanah),latihanya menunggang kuda ,bermain dengan keluarganya dan belajar bereneng.” Inilah salah satu tujuan akhir pembentukan karakter anaka muslim ,yang dapat di peroleh  melalui pemilihan jenis permainan yang sesuai.jelslah bahwa pendidikan agama mempunyai pengaruh terhadap toingkah laku anak juga merupakan yang utama dalam pembentukan kepribadian muslim,karenamanusia mempunyai sifat yang meniru apa yang dilihatnya,maka hal dapat mempengaruhi tingkah laku sehari-hari . maka penelini inggin meneliti di SDN HEULEUT I tentang MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI)DENGAN METODE SIMULASI di SDN HEULEUT I KECAMATAN LEUWIMUNDING KABUPATEN MAJALENGKA

B.     PEMBATASAN DAN PERUMUSAN MASALAH
Dalam pendidikan agama metode yang akan dibahas adalah metode simulasi .pembahsan mengenai simulasi /bermain sangat luas.
1.      pembatasan masalah
a.       permainan yang mendukung unsur pendidikan ,unsur pendidikan agama dan psikologi anak.
b.      pendidikan agama islam yang dimaksud dalam penelitian dilihat dari segi pembinaan perasaan ke agamaan dan tingkah laku anak yang sessuai dengan akhlak islam dalam kehidupan sehari-hari baik dirumah maupun di sekolah .
c.       yang menjadi subjek penelitian guru di SDN HEULEUT I


2.      perumusan masalah
a.       bagaimana penerapan metode simulasi dalam pendidikan agama islam anak di SDN HEULEUT I
b.      apa saja manfaat dan kegunaan metode simulasi dalam pendidikan Agama Islam di SDN HEULEUT I
c.       apa saja yang menjadi faktor penunjang dan faktor penghambat penerapan metode simulasi dalam pendidikan agama Islam  di SDN HEULEUT I ?

C.    TUJUAN DAN MAMFAAT PENELITIAN
sesuai dengan maslah yang di teliti maka yang menjadi tujuan dalam penelitian  ini adalah:
1.      untuk mengetahui bagaimana penerapan metode simulasi dalam pendidikan agama islam anak yang dilakukan SDN HEULEUT I
2.      untuk mengetahui faktor penunjang dan faktor penghambat penerapan metode dalam simulasi pendidikan agama islam anak SDN HEULEUT I
3.      untuk mengetahui salah satu syarat dalam mencapai Tugas metode penelitian pada fakultas tarbiah di IPRIJA.
Adapun manfaat dari  penelitian ini adalah:
1.      berguna khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca dalam berupaya meningkatkan mutu pendidiakn agama islam dalam pembentukan perilaku anak .
2.      sebagai bahan informasi awal untuk meneliti lebih lanjut permainan yang cocok diberikan kepada anak khsusnya dalam pendidikan agama islam.
3.      memberikan pemikiran tentang metode pengajaran yang dapat memberikan dorongan kepada murid dalam belajar.



D.    METODE PENELITIAN
Dalam penyusuna skripsi  ini,penulis menggunakan pendekatan kualitatif,dengan pendekatan ini diharapkan mendeskripsikanmasalah secara utuh sesuai dengan masalah untuk teliti.
Untuk memperoleh data yang akurat penulis menggunakan metode penelitian dan pengumpulan data seperti berikut:
1.      Teknik pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakandalam penelitian inni meliputi:a
a.       Observasi
dengan teknik ini penulis secara langsung mengamati kondisi objek para murid SDN HEULEUT I khususnya dalam proses pembelajaran untuk mendapatakan gambaran  kongkrit tentang penerapan metode bermain yang dilakukan di SDN HEULEUT I
b.      interview/wawancara
merupakan cara yang digunakan dengan tujuan mendapat keterangan secara lisan dari responden atau metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab langsung yang di kerjakan secara terbuka dan berlandaskan pada tujuan penelitian.wawancara dilakukan kepada kepala SD dan guru informasi yang diinginkan adalah mengenai tanggapan para guru tentang metode bermain sebagai metode belajar mengajar di SDN HEULEUT I  serata faktor penghambat dan faktor penunjang dari metode bermain tersebut. Untuk lebih melengkapi data dilakukan interview/wawancara secara struktur kepada guru untuk memperoleh  informasi lebih lengkap lagi mengenai penerapan metode beramain dalam pen didikan agama islam anak TK ASIH RAHAYU .
2.      jenis data
Untuk melengkapi  skripsi ini saya berpedoman pada 2 data ,yaitu:
a.       Data primer, untuk memperoleh data primer dalam penelitian ini penulisan menggunakan observasi dan wawancara untuk memperoleh data langsung .
b.      Data sekunder, untuk memperoleh data sekunder ,penulis menggunakan penelistisan kepustakaan,seperti buku-buku dan tulisan yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

E.     sistematika penulisan

BAB I                         PENDAHULUAN
memuat latar belakang , pembatasan masalah, tujian dan pemamfaatan masalah serta metodelogi penelitian

BABA II         KAJIAN  TEORI
memuat untuk mengetahui bagai mana sistem pendidikan agama islam di SDN HEULEUT I dan beserta sistem simulasi yang efektif untuk anak SDN HEULEUT I

BAB III         METODOLOGI PENELITIAN
memuat lokasi penelitian, waktu, dan variabel-variabel, pupulasi  sampel, teknik pengumpulan data dan beserta teknik analisa data untuk melengkapi suatu penelitian

       BAB IV            PENUTUP 
         kesimpula beserta saran-saran  
Continue Reading | komentar
 
Copyright © 2011. BADICT UNITED . All Rights Reserved
Company Info | Contact Us | Privacy policy | Term of use | Widget | Advertise with Us | Site map
Template Modify by Creating Website. Inpire by Darkmatter Rockettheme Proudly powered by Blogger